Satu dan
Dua
Tabiatku dalam bercerita. Aku
bukanlah satu diantara dua yang ada, bahkan seperempatnya tidak apalagi
setengahnya dan apalagi tiga perempatnya. Aku tak suka karena apa adanya yang
ku rasa. Bukan aku namanya jika harus menyatakan nyaman jika aku tidak
merasa nyaman. Anda mengerti apa yang ku
kata saat ini ataupun kemudian hari hingga esok menjelang sore.
Tak ingin ku berkelit atas satu dan dua macam prahara dan perkara dunia. Akan ku tunjukkan apa
yang tak suka dan apa yang suka dalam prahara. Jika harus aku yang melaju riang
maka akan ku semaikan benih yang ku rasa sayangi dikemudian detik yang akan ku
petik. Namun jika aku yang tak diizinkan menuai benih prahara maka tak akan ku
lakukan hingga menit berakhir sempurna di pelupuk mata mengatup. Bertemakan aku
dan pilihan yang akan menemani langkah kesuksesan pelipur lara disetiap sudut
dunia, ku alunkan secarik kertas yang menuaikan kisah cita yang akan ku gapai
dikemudian pada waktunya.
Tuhan, jika aku memang harus mengalah pada dunia maka tak akan
pernah ku lakukan ya Allah. Izinkan aku memperjuangkan hidupku di dunia ini
untuk mencapai akhirat yang sempurna. Ya Rabb, aku mohon atas segala kerendahan
hati pada-Mu ajarkan ku arti keikhlasan yang selalu menemaniku dalam dunia
apapun ya Rabb. Ajarkan aku melapangkan hati untuk segala ramah tak tamah
lingkungan yang ku dekap di genggaman. Lindungi aku dalam pijar sinaran-Mu yang
mampu menghangatkan perasaanku yang teruntuk pada-Mu ya Rabb. Lindungi aku dari
segala upaya macam bencana yang Engkau ciptakan untuk mengembalikan ingatan
setiap insan agar selalu mengingat-Mu dalam kesendirianku saat ini hingga sinar
rembulan habis dan mentari indah-Mu memancarkan sinar semua binaran.
Akulah makhluk-Mu yang ingin bercerita dalam bahasa yang semua
insan belum tentu mengerti dan Engkau pastikan mengerti arti kata dan sebuah
makna yang ku sampaikan lewat Negara Cerita, Provinsi Bait, Kota Paragraf,
Kabupaten Baris, Kecamatan Kalimat, Nagari Kata, Desa Huruf, dan keluarga tanda
baca. Dan segala asa dan kuasa ku kadukan pada-Mu terhitung 7 Februari 2013.
Insan yang hanyut dalam akar belukar
hutan rimba Sumatera, bimbang memilih yang mana teman yang mana lawan. Tak ku
anggap jika ia lawan. Kenapa? Karena aku tak ingin mempunyai lawan hingga ku
lepas dari akar belukar. Namun katika ku ucapkan aku tak ingin mempunyai lawan
hingga ku lepas dari akar belukar, tak berarti setelah aku lepas dari akar
belukar itu aku ingin mempunyai lawan. Pasti tidak.
Prestasi. Tak harus mencari lawan.
Yang perlu hanya berusaha semampumu hingga semangat mu menjulang ke langit biru
yang dihiasi awan putih nan mempesona setiap insan yang ada dibawah naungannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar