cse

Loading

Senin, 22 April 2013

Seribu Penantian Terminal


Seribu penantian menjalani tugas sehari-hari. Hanya sebidang bangunan yang mampu menampung penantian yang tak bergeming sedikitpun jua. Secercah cahaya pun tak ingin menemani lamunan panjang tiada akhir. Abstrak yang tak terlukiskan menyusuri kalbu mengiringi dua insane yang sedang merajuk asa di pangkuan kursi panjang yang tak tau betapa penatnya ia menopang tubuh muda ini.  Canggungpun tidak ku rasa hingga sedemikian rupa.
Beragam sikap terlihat jelas oleh indera pendengar. Terpaku dan terselubungkan oleh kata-kata yang entah apa arah tujuannya. Satu, dua, tiga, hingga tak terhitung mesin canggih yang berlalu merangkai perjalanan, tapi tak satupun yang mau mengakhiri penantian ini.  Jelas saja ku tak bisa menjelaskan keadaan bagaimana dan apa yang ingin ku ucap. Canda tawa insane itu sedikit mengobati lelahnya hati menjalani penantian ini, mereka remaja tanggung yang sedang antusiasnya menarik perhatian siapapun yang ada dibidang petak. Kecamburuan yang tak tau untuk siapa dan dari siapa yang ia kenal, aneh memang tapi itulah yang terjadi.
Wanita seribu bahasa pun juga tak absen dari torehan tulisan ini. Dengan bahasa tubuh yang tak sedikitpun ia sembunyikan  dari lelaki itu yang entah siapa dan dari dunia mana asalnya yang terpenting ia hadir disini dalam dekapan ruang bidang. Tidak hanya satu kali ku menangkap signal pertanda mata mencuri pandang pada lelaki itu. Hey kawan! Dia siapa dan kamu siapa? Ingin ku tanya namun nyaliku menciut tanpa aba-aba dari syarafku yang mengatur jalan hentinya aktifitas ini.
Benar adanya aku, kamu, dan mereka yang tidak saling mengenal. Sepasang insane mampu mendekatkan diri antara satu dan yang lainnya dengan cara yang patut-patut. Tidak berhasiil bukan kata yang tepat untuk dua insane yang berdekatanitu. J. Tap… tap… tap… langkah kaki siapa gerangan yang begitu jelas terdengar oleh membrane tymphani. Entahlah.
Mutiara Jaya Mobilindo? Hanya satu kalimat yang ku tangkap dari kejauhan mata memandang keadaan. Ah, kepalapun bergeleng kearah yang bergantian, heran akan tingkah wanita yang satu ini.dia lagi, lag, dan lagi yang hadir pada tulisan penantianku. Hahaha, ingin meneriakkan pada dunia betapa anehnya sikap mereka. Setiap ku memandang dan meyakinkan jiwa akan berakhirnya penantian ini, asaku mulai layu. Tak pedulikah mesin-mesin canggih itu akan waktuku yang terbuang sia-sia?.
Peluhku berjatuhan, tuk memandang kelakuan wanita itu lagi, dan selalu lagi yang ingin ku ucap. Refresh laundry? Oh indahnya jika ku bisa menceburkan diri pada air yang mengalir, namun sungguh disayangkan refreshnya bukan untuk tubuh yang berkeringat. Aku lelah untuk bercerita.
Bidang petak tua menyuruhku untuk melukiskan dirinya. Aku lelah, tak mampu menanti lebih lama. Hanya itu yang ingin ku sampaikan pada bidang petak tua. J tak lama ku menunggu inspirasi menjamahi. Mereka remaja tanggung yang masih caper “ cari perhatian” mulai lelah menanti haqri di bidang petak tua. Rambut mulai tak karuan, mulai tak memperdulikan penampilan.
Wah… wah… wah… akupun mulai berdecak kagum menyaksian wanita seribu bahasa mulai menyerah menyorotkan focus mata pada lelaki itu. Dia pergi dari bidang petakk tua. Oh kasihan dikau wanita seribu bahasa, inilah kuis dunia dan maaf anda belum beruntung, silahkan coba beberapa saat llagi.
Detik terasa lebih berat akan ketidak hadirannya. Hey, dia kembali. Hap, dapat ku tangkap delik mata memandang. Apa menariknya? Ga segitunya kale. Sstttt.. bidikan mata segera diaktifkan, wanita itu benar-benar berada pada kuis dunia dan dia mencoba lagi.
Aku terdiam dan HOREE, tiba saatnya mesin canggih yang ditata rapi mengakhiri penantian panjang pada sebidang bangunan petak dan tua. Eits, jangan sangka kalbuku hanya merasa bahagia, bukan itu yang ingin kusampaikan. Wanita seribu bahasa mencari perlawanan dengan seorang “Aku”. Bukan aku namanya jika harus mengalah pada yang seharusnya menjadi milikku.
Hey kamu! Ya kamu. Aku tak suka jika hakku diganggu gugat, aku hanya ingin hakku. U understand?. Hohoho… aku mulai permainan sedikit. Ingin dekat dengan orang tak berarti harus merampas hak orang lain bukan? J. Selamat tinggal wanita seribu bahasa.
Aku terlelap dikursi satu sebelum sudut belakang kiri, melepaskan penat karena penantian seribu detik diterminal itu. Tak berayun lama dalam lelap melepas penat, terbangun sudah mata dan pikiranku karena satu kajadian, ini ceritanya...
“ ketika ku terlelap dalam buaian tranex yang ku tumpangi, ternyata ada lobang dijalan menuju tempat tujuanku dan sialnya sopir yang bawa itu tranex nggak nyadar adanya lobang dari kejauhan. Eh ketika udah hampir didepan roda, baru deh sopirnya sadar akan lobang yang mengancam jantung yang akan terkejut minta ampun bukan? Tentunya rem mendadak satu-satunya jalan untuk menghindari tu lobang. Dan sebelum itu aku sudah terbangun sedikit tapi belum sepenuhnya sadar. Nah, waktu mobilnya di rem mendadak lelaki itu kagetnya minta ampun. Duar, “ auu “ wanita yang ada didepan lelaki itu agak menjerit karena lelaki itu terdorong kedepan dan otomatis kursi mobil yang berada didepannya itu kedorong sama dia. Wah wah wah. Aku ngakak nggak karuan, pengen nahan sih tapi nggak bisa bro. Nah lo, bukan itu aja malahan temen disamping aku juga ngakak nggak henti-henti. Padahal setau aku dia nggak pernah ngakak segitu parahnya. Lagi dan lagi anehnya lelaki itu juga ngakak non-stop. Aneh ya, “orang ketawa, dia juga ketawa. Padahal yang diketawain orang itu adalah dia”. Ada-ada saja lelaki itu.
                                                                                                Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar