Seribu
penantian menjalani tugas sehari-hari. Hanya sebidang bangunan yang mampu
menampung penantian yang tak bergeming sedikitpun jua. Secercah cahaya pun tak
ingin menemani lamunan panjang tiada akhir. Abstrak yang tak terlukiskan
menyusuri kalbu mengiringi dua insane yang sedang merajuk asa di pangkuan kursi
panjang yang tak tau betapa penatnya ia menopang tubuh muda ini. Canggungpun tidak ku rasa hingga sedemikian
rupa.
Beragam
sikap terlihat jelas oleh indera pendengar. Terpaku dan terselubungkan oleh
kata-kata yang entah apa arah tujuannya. Satu, dua, tiga, hingga tak terhitung
mesin canggih yang berlalu merangkai perjalanan, tapi tak satupun yang mau
mengakhiri penantian ini. Jelas saja ku
tak bisa menjelaskan keadaan bagaimana dan apa yang ingin ku ucap. Canda tawa
insane itu sedikit mengobati lelahnya hati menjalani penantian ini, mereka
remaja tanggung yang sedang antusiasnya menarik perhatian siapapun yang ada
dibidang petak. Kecamburuan yang tak tau untuk siapa dan dari siapa yang ia
kenal, aneh memang tapi itulah yang terjadi.
Wanita
seribu bahasa pun juga tak absen dari torehan tulisan ini. Dengan bahasa tubuh
yang tak sedikitpun ia sembunyikan dari
lelaki itu yang entah siapa dan dari dunia mana asalnya yang terpenting ia
hadir disini dalam dekapan ruang bidang. Tidak hanya satu kali ku menangkap
signal pertanda mata mencuri pandang pada lelaki itu. Hey kawan! Dia siapa dan
kamu siapa? Ingin ku tanya namun nyaliku menciut tanpa aba-aba dari syarafku
yang mengatur jalan hentinya aktifitas ini.
Benar
adanya aku, kamu, dan mereka yang tidak saling mengenal. Sepasang insane mampu
mendekatkan diri antara satu dan yang lainnya dengan cara yang patut-patut.
Tidak berhasiil bukan kata yang tepat untuk dua insane yang berdekatanitu. J. Tap… tap… tap… langkah kaki siapa
gerangan yang begitu jelas terdengar oleh membrane tymphani. Entahlah.
Mutiara
Jaya Mobilindo? Hanya satu kalimat yang ku tangkap dari kejauhan mata memandang
keadaan. Ah, kepalapun bergeleng kearah yang bergantian, heran akan tingkah wanita
yang satu ini.dia lagi, lag, dan lagi yang hadir pada tulisan penantianku.
Hahaha, ingin meneriakkan pada dunia betapa anehnya sikap mereka. Setiap ku
memandang dan meyakinkan jiwa akan berakhirnya penantian ini, asaku mulai layu.
Tak pedulikah mesin-mesin canggih itu akan waktuku yang terbuang sia-sia?.
Peluhku
berjatuhan, tuk memandang kelakuan wanita itu lagi, dan selalu lagi yang ingin
ku ucap. Refresh laundry? Oh indahnya jika ku bisa menceburkan diri pada air
yang mengalir, namun sungguh disayangkan refreshnya bukan untuk tubuh yang
berkeringat. Aku lelah untuk bercerita.
Bidang
petak tua menyuruhku untuk melukiskan dirinya. Aku lelah, tak mampu menanti
lebih lama. Hanya itu yang ingin ku sampaikan pada bidang petak tua. J tak lama ku menunggu inspirasi menjamahi.
Mereka remaja tanggung yang masih caper “ cari perhatian” mulai lelah menanti
haqri di bidang petak tua. Rambut mulai tak karuan, mulai tak memperdulikan
penampilan.
Wah…
wah… wah… akupun mulai berdecak kagum menyaksian wanita seribu bahasa mulai
menyerah menyorotkan focus mata pada lelaki itu. Dia pergi dari bidang petakk
tua. Oh kasihan dikau wanita seribu bahasa, inilah kuis dunia dan maaf anda
belum beruntung, silahkan coba beberapa saat llagi.
Detik
terasa lebih berat akan ketidak hadirannya. Hey, dia kembali. Hap, dapat ku
tangkap delik mata memandang. Apa menariknya? Ga segitunya kale. Sstttt.. bidikan mata segera diaktifkan, wanita
itu benar-benar berada pada kuis dunia dan dia mencoba lagi.
Aku
terdiam dan HOREE, tiba saatnya mesin
canggih yang ditata rapi mengakhiri penantian panjang pada sebidang bangunan
petak dan tua. Eits, jangan sangka
kalbuku hanya merasa bahagia, bukan itu yang ingin kusampaikan. Wanita seribu
bahasa mencari perlawanan dengan seorang “Aku”.
Bukan aku namanya jika harus mengalah pada yang seharusnya menjadi milikku.
Hey
kamu! Ya kamu. Aku tak suka jika hakku diganggu gugat, aku hanya ingin hakku. U understand?. Hohoho… aku mulai
permainan sedikit. Ingin dekat dengan orang tak berarti harus merampas hak
orang lain bukan? J. Selamat
tinggal wanita seribu bahasa.
Aku terlelap dikursi satu sebelum sudut
belakang kiri, melepaskan penat karena penantian seribu detik diterminal itu.
Tak berayun lama dalam lelap melepas penat, terbangun sudah mata dan pikiranku
karena satu kajadian, ini ceritanya...
“ ketika ku terlelap dalam buaian tranex
yang ku tumpangi, ternyata ada lobang dijalan menuju tempat tujuanku dan
sialnya sopir yang bawa itu tranex nggak nyadar adanya lobang dari kejauhan. Eh
ketika udah hampir didepan roda, baru deh sopirnya sadar akan lobang yang
mengancam jantung yang akan terkejut minta ampun bukan? Tentunya rem mendadak
satu-satunya jalan untuk menghindari tu lobang. Dan sebelum itu aku sudah
terbangun sedikit tapi belum sepenuhnya sadar. Nah, waktu mobilnya di rem
mendadak lelaki itu kagetnya minta ampun. Duar, “ auu “ wanita yang ada didepan
lelaki itu agak menjerit karena lelaki itu terdorong kedepan dan otomatis kursi
mobil yang berada didepannya itu kedorong sama dia. Wah wah wah. Aku ngakak
nggak karuan, pengen nahan sih tapi nggak bisa bro. Nah lo, bukan itu aja
malahan temen disamping aku juga ngakak nggak henti-henti. Padahal setau aku
dia nggak pernah ngakak segitu parahnya. Lagi dan lagi anehnya lelaki itu juga
ngakak non-stop. Aneh ya, “orang ketawa, dia juga ketawa. Padahal yang
diketawain orang itu adalah dia”. Ada-ada saja lelaki itu.
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar